Seorang jurnalis di kota Batam di duga mengalami tindakan intimidasi oleh sekelompok yang di duga preman.


BATAM – Seorang jurnalis mengalami dugaan penganiayaan dan intimidasi setelah memberitakan bentrokan antara petani dan kelompok penjaga lahan di kawasan Seroja, Batam, pada Sabtu (1/2/2025). Insiden itu terjadi setelah kelompok penjaga lahan disebut mencabut tanaman warga secara paksa, yang berujung pada bentrokan dan aksi kekerasan.


Menurut jurnalis tersebut, ia menerima laporan dari seorang warga yang mengaku adiknya menjadi korban dalam insiden itu. Setelah mendapatkan informasi, ia langsung menulis dan menerbitkan berita pada malam harinya.


Namun, keesokan harinya, Minggu (2/2/2025), ia mulai menerima ancaman dari seseorang bernama Markus alias Riko. Markus mengajaknya bertemu di kawasan ABC pukul 15.00 WIB, tetapi pertemuan ditunda hingga pukul 19.00 WIB di sebuah warung sate Padang dekat Hotel ABC.


"Saat saya tiba, ada empat orang—tiga laki-laki dan satu perempuan. Tak lama, tiga orang lain datang dan mulai mencecar saya dengan pertanyaan menyudutkan," ungkapnya.


Jurnalis itu sempat menawarkan hak jawab, tetapi tawaran tersebut ditolak. Situasi kemudian memanas hingga diduga terjadi pemukulan terhadapnya.


"Saya mencoba menghubungi narasumber, tetapi tidak diangkat. Mereka lalu membawa saya ke sebuah ruko baru dekat Jembatan Nato, di samping musala," ujarnya.


Di lokasi itu, dua orang lain bergabung, dan ia kembali diinterogasi dengan berbagai pertanyaan. Selanjutnya, ia dibawa ke Seroja dengan alasan untuk mengklarifikasi berita dengan narasumber. Namun, situasi justru semakin kacau.


"Di lokasi Seroja, mereka melakukan kekerasan terhadap narasumber dan beberapa warga. Bahkan, warga yang mencoba melerai juga menjadi korban pengeroyokan," ungkapnya.


Ia mengaku sempat dipukul di bagian bibir sebelum akhirnya Ketua RT setempat datang dan membubarkan kerumunan.


Ancaman dan Pemaksaan


Usai insiden di Seroja, jurnalis tersebut kembali dibawa ke ruko dekat Jembatan Nato. Saat itu, ia tengah minum bandrek bersama dua rekannya ketika seseorang bernama Purba datang dan langsung menginterogasinya.


"Dia menyuruh saya membuat laporan ke polisi dan mengancam agar saya tidak menerbitkan berita lebih lanjut," katanya.


Menjelang tengah malam, jurnalis itu berusaha meninggalkan lokasi, tetapi dicegah oleh kelompok tersebut.


"Mereka menahan saya dan meminta saya meninggalkan motor sebagai jaminan. Saat saya menolak, Markus mengambil kunci motor saya," imbuhnya.


Ia dipaksa menandatangani surat pernyataan bahwa motornya dititipkan di lokasi tersebut sebagai jaminan. Bahkan, Markus merekam video yang memaksanya mengakui bahwa pernyataan itu dibuat tanpa paksaan.


Kasus ini telah dilaporkan ke Polsek Sagulung dan masih dalam proses penyelidikan.


(Dede/tim).